Membaca atau mendengarkan pembacan
sebuah cerpen tentu menarik. Namun, dari pembacaan cerpen yang kamu dengarkan
tersebut dapatkah kamu mengidentifikasikannya? Mengidentifikasi cerpen artinya
kegiatan menguraikan, menjelaskan, atau menelaah unsur-unsur yang membangun
sebuah cerpen.
1. Pengertian Cerpen
Cerpen (cerita pendek) adalah karangan
pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan
tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman.
2. Ciri-Ciri Cerpen
Sebelum membahas lebih lanjut, tahukah
kamu apa saja ciri-ciri sebuah cerpen itu? Ciri-ciri sebuah cerpen antara lain
sebagai berikut.
a. Bentuk tulisannya singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel.
b. Terdiri kurang dari 10.000 kata.
c. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun
orang lain.
d. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah
tunggal atau sarinya saja.
e. Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi
pelakunya saja.
f. Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaiannya.
g. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat.
h. Sanggup meninggalkan kesan mendalam dan mampu meninggalkan efek pada
perasaan pembaca.
i. Menceriterakan satu kejadian, dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis,
tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib.
j. Beralur tunggal dan lurus.
k. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
3. Identifikasi Cerpen
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa
mengidentifikasi cerpen artinya kegiatan menguraikan, menjelaskan, atau
menelaah unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen. Unsur pembangun sebuah
cerpen meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Tentu kamu masih ingat apa saja
yang termasuk dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra. Pada
pembelajaran ini hanya akan membahas alur, penokohan, dan latar pada sebuah
cerpen.
a. Plot atau alur
Alur disebut juga jalan cerita. Bentuk
alur berupa peristiwa-peristiwa yang disusun secara berkaitan menurut hukum
sebab akibat dari awal sampai akhir cerita.
1) Macam-macam alur cerita
Alur cerita ada beberapa jenis. Jenis-jenis alur cerita maliputi berikut ini.
a) Secara kualitatif, alur cerita
terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
– Alur erat
Pada alur erat, hubungan peristiwa satu dengan lainnya sangat erat, padu,
sehingga tidak mungkin ada bagian cerita yang diambil bagiannya saja. Alur
jenis ini saling terikat antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya.
– Alur longgar
Pada alur ini, ada bagian cerita yang diambil dari cerita yang telah diuraikan
sebelumnya. Disebut longgar karena adanya degresi atau masuknya peristiwa lain
ke dalam cerita tersebut.
b) Secara naratif waktu, alur cerita
terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
·
Alur maju, yaitu alur atau jalan cerita yang disusun berdasarkan urutan
waktu (naratif) dan urutan peristiwa (kronologis).
·
Alur mundur, yaitu alur atau jalan cerita yang mengembalikan cerita ke masa
atau waktu sebelumnya.
·
Alur campuran (flashback), yaitu perpaduan antara alur maju dan alur
mundur. Cerita bergerak dari bagian tengah, menuju ke awal, dilanjutkan ke
akhir cerita.
2) Tahapan-tahapan alur
Perhatikan bagan tahapan alur berikut ini!
Dalam alur terdapat beberapa tahapan
yang meliputi berikut ini.
a) Tahap pengenalan (exposition), tahap ini dimunculkan sebuah cerita
dengan mengenalkan tokoh, situasi, latar, waktu, dan sebagainya.
b) Tahap peristiwa (complication), tahap dimunculkannya suatu peristiwa
sebagai penggerak cerita.
c) Tahap muncul konflik (rising action), tahap dimunculkannya
permasalahan yang menimbulkan pertentangan dan ketegangan antartokoh.
d) Tahap konflik memuncak (turning point), tahap permasalahan/ketegangan berada
pada titik paling atas (puncak).
e) Tahap penyelesaian (resolution), tahap permasalahan mulai ada
penyelesaian (jalan keluar) menuju ke akhir cerita.
b. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang
menggambarkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Sementara tokoh adalah orang
atau pelaku yang berperan dalam cerita.
1) Teknik penggambaran tokoh
Untuk menggambarkan sifat atau karakter seorang tokoh, pengarang menggunakan
dua teknik. Kedua teknik tersebut adalah sebagai berikut.
a) Teknik analitik, yaitu karakter/sifat dari tokoh cerita
diceritakan secara langsung oleh pengarang.
Contoh:
Erlina adalah seorang putri tunggal Sultan Pangeran. Erlina dikenal orang-orang
karena kecantikan parasnya. Rambutnya yang hitam lurus serta kulit yang kuning
langsat menambah keelokan tubuhnya. Banyak pemuda mencoba mendekatinya, namun
tanpa alasan yang jelas, ia selalu menolaknya.
b) Teknik dramatik, yaitu karakter/sifat tokoh dikemukakan
melalui penggambaran tertentu, misalnya fisik dan perilaku tokoh, lingkungan
kehidupan, dialek bahasa, jalan pikiran, dan lewat gambaran tokoh lain.
Contoh:
Berbeda dengan Ramli, sebenarnya Bahtiar bisa mengendalikan diri dalam
menghadapi masalah yang rumit. Malam itu Bahtiar dan Ramli dikepung tentara
kompeni. Beberapa saat lamanya, dalam ketegangan yang memuncak itu Bahtiar
menghamburkan pelurunya ke berbagai jurusan.
2) Jenis penokohan
Berdasarkan peranannya dalam suatu cerita, tokoh dibedakan menjadi tiga jenis.
Jenis-jenis tokoh tersebut adalah protagonis, antagonis, dan tritagonis.
a) Tokoh protagonis
Yaitu, tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh
protagonis utama yang dibantu tokoh lain yang terlibat dalam cerita. Tokoh
jenis ini biasanya berwatak baik, dan menjadi idola pembaca/pendengar.
b) Tokoh antagonis
Yaitu, tokoh yang menjadi penentang cerita. Biasanya ada satu atau dua figur
tokoh yang menentang cerita. Tokoh jenis ini berwatak jahat, menyebabkan
konflik, dan dibenci oleh pembaca dan pendengar.
c) Tokoh tritagonis
Yaitu tokoh pembantu (penengah) baik untuk tokoh protagonis maupun antagonis.
3) Cara menentukan watak dan sifat tokoh
Cara untuk menentukan watak tokoh adalah sebagai berikut.
a) Tentukan pelaku-pelaku cerpen, baik protagonis, antagonis, dan tritagonis.
b) Pikirkan dan rasakan dengan cermat watak, perilaku, kebiasaan, dan kondisi
setiap pelaku.
c) Simpulkan watak tiap pelaku melalui dialog, sikap, pembawaan, dan pola pikir
dalam cerita.
c. Latar
Setiap cerita pasti terjadi pada waktu,
tempat, dan suasana tertentu. Ketiga jenis inilah yang disebut latar atau
setting. Latar bisa bersifat faktual atau imajiner. Fungsi latar adalah
memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita.
Oleh karena itu, semakin baik pengetahuan dan imajinasi seorang pengarang, maka
semakin baik latar yang diciptakannya dalam cerita.
Nah, sebagai media berlatih, dengarkanlah pembacaan cerpen berikut yang akan
dibacakan oleh dua orang temanmu!
Gadis Pemulung Masuk
Televisi
(Oleh Gola Gong)
Tubuh Aini membentur kayu pos ronda. Dia
tidak bisa ke mana-mana lagi. Kata ayahnya, dia harus hati-hati jika berhadapan
dengan orang yang tidak dikenal.
Aini duduk di pos ronda. Karung teronggok di tiang. Dia menyeka keningnya.
Punggung tangannya basah. Ini hari panas sekali. Mungkin pertanda akan hujan.
Dia baru sekitar satu jam mengelilingi perumahan, mencari-cari rongsokan.
Karungnya baru terisi seperempat. Di bak sampah tikungan jalan kompleks, dia
hanya memperoleh beberapa botol minuman plastik. Di bak sampah rumah nomor 9,
hanya ada dua botol plastik minuman ukuran besar.
Kerongkongannya kering. Yang dia
bayangkan adalah air es. Tapi dia sedang puasa. Sudah seminggu puasa berjalan,
tubuhnya terasa lemah. Setiap sahur, tiada yang bisa dimakannya selain air teh
dan ubi rebus. Sekali pernah ayahnya membawa pulang seliter beras. Dengan garam
dan daun singkong, dia dan adiknya merasakan sahur yang nikmat sekali. Setelah
BBM naik, harga-harga di pasar berlipat-lipat jadinya. Ayahnya hanya penyapu
jalanan. Tak mampu berbuat banyak. Aini hanya meminta pada ayah mereka agar
sekolah didahulukan. Biar makan sekali sehari ditambah puasa Senin Kamis,
urusan sekolah tetap dinomorsatukan. Aini termasuk murid yang cerdas di
sekolahnya, sehingga pihak sekolah meringankan segala biaya tambahan.
Sebuah mobil sedan tiba-tiba berhenti di depannya. Kaca jendelanya turun. Aini
tersenyum kepada para penumpangnya, dua wanita cantik-cantik. Hmm, pasti
tubuhnya harum. Aini membayangkan dirinya secantik mereka. Tapi, wajahnya
jelek. Kulitnya hitam terbakar matahari. Rambutnya kemerahan.
“Halo!” kata yang di sebelah pengemudi.
“Ya, Kak?”
“Kamu, sini!” si pengemudi melambaikan tangannya.
Aini dengan kikuk mendekati mobil. “Kakak manggil saya?”
“Iya.”
“Namamu siapa?” tanya yang menyetir.
“Aini.”
“Sekolahnya kelas berapa?”
“Kelas lima…”
“Ikut Kakak, yuk?”
Aini mundur beberapa langkah.
Pintu mobil terbuka. Perempuan cantik itu tersenyum. Aini semakin mundur ke pos
ronda. Tangan kanannya meraih ujung karung.
“Jangan takut, Ain…”
“Kakak nggak bermaksud jahat, kok!” teriak si pengemudi.
“Kakak mau apa?” Aini melihat ke sekeliling. Siang terik seperti ini,
orang-orang memilih berlindung di rumah. Dia tidak bisa meminta pertolongan
jika terjadi sesuatu yang buruk padanya.
“Ngobrolnya jangan di sini….”
“Ayo, ikut sama Kakak.”
“Ain nggak mau. Ain mau pulang.”
“Ain, Kakak mohon maaf kalau sudah membuat Ain takut…”
“Ros! Udah, tinggalin aja. Kita cari yang lain.”
“Sebentar, Sus!”
Aini memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri.
“Aini! Tunggu!”
“Apa gue bilang! Cari yang lain aja!”
Aini tidak berpikir apa-apa lagi. Terus berlari. Lari. Karung di tangannya
memberatkannya. Tapi, dia tidak mungkin membuang karungnya, karena di dalamnya
bisa digantikan dengan beberapa lembar ribuan. Tadi dia berjanji pada Latifah
akan membeli telor untuk menu hari ini.
Aini terus menggenjot tenaganya.
Sesekali dia menoleh. Mobil sedan itu
mengikutinya. Dia bingung, harus meminta tolong pada siapa. Dadanya turun-naik.
Napasnya tersengal-sengal. Dia menoleh lagi. Mobil sedan itu hanya beberapa
meter di belakangnya. Dia mengumpulkan tenaga lagi. Napasnya sudah berada di
ujung tenggorokan, tersengal-sengal. Dia membelok ke jalan tanah, yang hanya
bisa dilewati becak. Terus membelok ke arah persawahan. Dia yakin, mobil itu
tidak akan mengejarnya lagi. Dia berhenti. Menarik napas. Betul, mobil sedan
itu tidak mengikutinya lagi.
Aini bernapas lega. Dia melompati selokan dan meniti pematang sawah. Rumahnya
di perkampungan di seberang sungai irigasi.
Aini baru saja membongkar isi karungnya di halaman belakang rumah ketika
terdengar Latifah berteriak memanggil namanya, “Kak Aiiin!”
Aini bergegas menumpuk botol-botol plastik di antara tumpukan rongsokan lain,
yang digundukkan di bawah pohon pisang. “Maafkan Kakak, Ipah. Kakak belum
sempat menjual botol-botol plastik ini ke Pak Kasman. Menu buka puasa dengan
telor dadar hanya ada di dalam khayalan,” batin Aini. Ia sendiri menelan air
liurnya, membayangkan lezatnya berbuka puasa dengan lauk telor dadar.
“Assalamualaikum…”
Aini kaget. Dia berdiri mematung.
“Kamu masih puasa, Ain?”
Aini mengangguk.
“Tadi capek lari, kan?”
Aini mengangguk malu. Dia melihat Latifah asyik membongkar oleh-oleh. Dia
melihat ada baju baru, sepatu baru, kue kaleng, dan beberapa susu kaleng.
“Kok, Kakak tahu rumah Ain di sini?”
“Ternyata kamu top banget di kampung ini. Nanya di ujung kampung aja, semua
udah pada tau.”
“Iya, kamu top abis!”
“Kakak ini, siapa?”
“Oh, iya. Kakak belum ngenalin, ya!” wanita cantik itu tertawa. “Kakak Rosa!
“Saya Susi!”
“Kami dari rumah produksi…”
“Ng… apa itu?”
“Kami yang bikin acara televisi reality
show…”
“Kami nggak punya televisi, Kak…”
Rosa bingung, melirik kepada temannya.
“Nggak apa-apa,” Susi mengambil alih pembicaraan ketika melihat Rosa sudah
kehabisan cara. “Gini, Ain. Kamu, adikmu, dan ayahmu, mau kami masukkan ke
televisi. Nanti kalian tidur di hotel, rumahmu kami bangun lagi biar bagus.
Nanti kalian terkenal, karena masuk televisi. Gimana?”
Aini merasa kepalanya membesar, diisi oleh segala macam hal. Dia tidak pernah
menonton acara itu. Tapi, di sekolah sering mendengar cerita teman-temannya
bahwa banyak orang miskin yang kaya mendadak setelah masuk televisi. Di dalam
hatinya, dia ingin sekali jadi orang kaya. Dia ingin keluar dari kemiskinan.
Apakah Allah mengabulkan doa-doanya selama ini? Bukankah ini bulan puasa, bulan
paling makbul untuk berdoa?
“Mau, mau! Ipah mau masuk televisi, Kak!”
***
Ain menangis tiada henti ketika melihat
dirinya, ayahnya, dan Ipah ada di televisi. Setiap gerak-gerik mereka direkam
oleh televisi. Kehidupan mereka sebagai orang miskin yang berubah jadi orang
kaya mendadak ditampilkan di televisi. Ayahnya yang penyapu jalanan, dirinya
yang menjadi pemulung sepulang sekolah, dan adiknya yang tidak sekolah, tidur
di hotel berbintang, makan di restoran mewah, dan belanja pakaian di mal. Uang
jutaan rupiah di tangan mereka. Rumah mereka yang jelek tiba-tiba jadi
warna-warni. Perabotan mahal dan modern mengisi rumah mereka. Televisi, kulkas,
kipas angin, VCD player, dispenser, kipas angin, dan magic jar!

Malam ini Aini sedang duduk di ruang tengah rumahnya. Kini ada sofa menghiasi
ruang tengah rumahnya. Ipah dipangku ayahnya. Adiknya kini bisa masuk sekolah
di kelas satu. Puluhan orang memenuhi ruang tengah rumahnya. Ada yang duduk di
sofa, tapi ada juga yang tidur-tiduran di karpet. Beberapa belas orang berdiri
di jendela. Supaya tidak gerah, kipas angin terus dihidupkan. Mereka semua
sedang menonton televisi, di mana Aini, Ipah, dan ayah mereka menjadi pemeran
utama. Semua orang berdecak kagum.
Semua orang dengan rakus menikmati makanan dan minuman. Semakin malam,
tamu-tamu tidak berkurang, tapi terus bertambah. Bahkan ketika tayangan
televisi sudah usai, orang-orang belum mau beranjak dari rumah Aini.
Sampai Aini tertidur di kursi dan Ipah
tertidur di pangkuan ayahnya, semua orang belum mau beranjak.
Kini Aini berangkat ke sekolah dengan perasaan lain. Dia tidak lagi berjalan
kaki. Tapi bersepeda. Di sepanjang perjalanan ke sekolah, berkali-kali dia
dicegat orang-orang. Gadis pemulung itu tiba-tiba merasa aneh. Kenapa kini
semua orang mengenalnya? Bahkan Pak Camat, yang tidak pernah dikenalnya,
berhenti di tengah jalan hanya untuk bercakap-cakap dengannya. Kemudian Pak
Bupati di kotanya. Akibatnya, dia terlambat di sekolah.
Tapi, semua orang di sekolahnya menyambutnya bak pahlawan. Hari itu tidak ada
kegiatan belajar. Semua orang bekumpul di lapangan basket, mengadakan upacara
kehormatan bagi Aini. Kepala sekolah dan guru-guru merasa bangga, karena Aini
sudah masuk televisi. Sekolah mereka jadi terkenal ke seluruh penjuru Indonesia
berkat Aini.
Aini dipanggil maju ke depan. Teman-temannya menyaksikan, bagaimana kepala
sekolah menyematkan tanda jasa di dadanya.
“Semua orang harus mencontoh Aini. Walaupun miskin, dia tetap bersabar. Inilah
berkah. Akhirnya, Allah mengabulkan doa-doanya. Kini Aini jadi orang kaya
seperti kita. Berkat televisi, hidupnya berubah 360 derajat!” Pak Kepala
Sekolah berpidato. Setelah usai, dia berbisik di telinga Aini, “Setelah
upacara, kamu datang ke ruangan Bapak, ya!”
Aini mengikuti perintah Pak Kepsek. Di ruangan Pak Kepsek berkumpul juga
bendahara sekolah. Aini duduk menunduk.
“Aini… ini ada surat dari sekolah. Berikan pada ayahmu, ya,” kata bendahara
sekolah.
Di rumah, Aini memberikan surat itu pada ayahnya. Tiba-tiba saja ayahnya
berteriak kaget, “Dari mana kita harus membayar ini?”
Aini mengambil surat itu. Ternyata isinya, Aini harus membayar tunggakan iuran
sekolah selama ini. Ia juga diharuskan membayar segala macam pungutan sekolah.
Yang paling parah, Aini harus membayar uang bangunan sekolah, yang akan
ditingkatkan kualitas fisiknya menjadi dua lantai. Masing-masing murid kena
beban tiga juta rupiah. Sedangkan Aini mendapat uang dari televisi sebesar tiga
juta rupiah.
“Uangnya sudah habis untuk orang-orang kampung. Mereka setiap hari datang ke
sini. Meminta makan, rokok, dan sebagainya. Bapak jadi pusing!”
“Kita jual lagi aja barang-barangnya, Pak,” usul Aini. “Aini pingin sekolah.
Aini pingin jadi dokter…”
Ayahnya mengangguk pasrah.
“Tapi, boneka Barbie Ipah nggak dijual, kan?”
Aini menggeleng dan memeluk adiknya. Dia berencana akan keliling kompleks
mencari barang rongsokan lagi.
Dari hasil menyimakmu, coba kamu
kerjakan latihan berikut ini!
1. Bagaimana alur/jalan cerita dalam cerpen tersebut? Dapatkah kamu mengikuti
jalan ceritanya?
2. Tentukan tahapan-tahapan alur ceritanya disertai penjelasan secukupnya!
3. Menurutmu, apa jenis alur dalam cerpen tersebut? Berikan alasanmu!
4. Bagaimana ending ceritanya? Apakah menimbulkan penasaran? Berikan
penjelasanmu!
5. Tentukanlah tokoh-tokoh dan perwatakannya!
6. Coba kamu jelaskan teknik penggambaran setiap tokoh melalui teknik dramatik
maupun analitik!
7. Coba tentukanlah tema yang diangkat dalam cerpen tersebut!
8. Coba tentukan amanat cerita dalam cerpen tersebut!
9. Deskripsikan latar dalam cerpen dengan penjelasan secukupnya!
a. Tempat
b. Waktu
c. Suasana
10. Menurutmu, menarikkah cerpen di atas? Berikan alasanmu secara jelas dan
tepat!